Sunday, October 14, 2012

Aku bukan layang-layang

Aku ingat suatu hari di tahun 1999, aku menelpon seorang cewek idaman. Dia teman berolahraga di suatu unit renang di kampus perguruan tinggi negeri di Bandung. Setiap pemanasan, kami berlari bersama sambil mengobrol. Orangnya simpatik, senyumnya asyik. Senyum ramah dengan gigi rapih. Sungguh menarik.

Aku suka menelponnya. Di telpon, suaranya renyah, enak didengar. Begitu merdu saat itu. Dunia begitu indah. Ceritanya selalu menarik. Dia bercerita tentang keluarganya nan jauh di pulau lain. Butuh 48 jam naik bus dan feri untuk sampai sana. Atau 24 jam, yah? Aku lupa. Dia juga bercerita tentang kakaknya yang di Bandung.

Ketika kutelpon dia hari itu. Aku bertanya "Hai si Anunia, ada?".
Jawaban teman kosnya, "Kaga! Lagi pergi sama Si Monyet.".
Kubalas "Oh, Si Monyet, kakaknya, yah?"
Teman kosnya, dengan polosnya, menjawab "Si Monyet itu bukan kakaknya, tapi cowoknya."
Aku pun menjawab "Terima kasih, ya! Titip salam aja."

Saat itu, aku terbangun dari mimpi indah akan cinta. Aku teringat beberapa kawan yang seangkatan dengan cewek itu, pernah bilang "Si Anunia bukannya udah punya cowok". Aku terbutakan oleh gairah cinta.

Kemudian kulakukan jurnalisme investigatif. Kuketahui bahwa cewek idamanku ini anak sulung. Jadi kaga mungkin punya kakak. Kulihat juga cowoknya seperti apa.

Aku belajar banyak hal dari pengalaman ini. Pertama, wanita yang ramah dan enak diajak ngobrol, walaupun berkesan mudah nyambung, bukan berarti suka padamu. Sinyal-sinyal pemberi harapan jangan terlalu dipercaya.

Kedua, dengarlah pendapat orang lain tentang orang ini. Cek gosip beredar. Selalu kritis dan kumpulkan informasi.

Ketiga, jika informasi tentang pasangannya, yaitu Si Monyet, sudah terbukti kebenarannya maupun kebetulannya, barulah menentukan pilihan. Apakah menjadi pejuang cinta dengan menyingkirkan Si Monyet dengan cara apapun? Atau menyerah dengan kisah cinta ini untuk mencari yang lain.

Saat itu, keputusanku adalah menyerah, dan mencari cinta yang lain. Ternyata kisah cinta berikutnya jauh lebih menyedihkan, tapi akan kuceritakan di lain waktu.

***

Oh, ya, perasaanku pada masa itu, adalah seperti lagu "Layang-layang" dari Overload Romance. Lagu ini sempat terbawa mimpi di bulan November 2006. Bulan November bukan saja terkenal karena Guns N' Roses bernyanyi tentang hujan, melainkan bulan ini cewek tadi berulang tahun. Suatu kebetulan yang aneh. Padahal 7 tahun telah berlalu dan telah banyak wanita singgah di hatiku selama rentang waktu tersebut.

Di tahun 2008, satu bulan setelah November, tiba-tiba lagu "Layang-layang" terunggah di Youtube. Saat itulah masa-masa aku melewati lembah yang bernama "Valley of Shit". Bangkrut dan kesepian di musim dingin. Kebetulan yang aneh lagi. 

Namun lagu "Layang-layang" akan tetap kudendangkan untuk menyemangatiku tahun-tahun berikutnya. Aku dilahirkan untuk menertawakan tragedi masa lalu dan musik adalah salah satu caraku untuk tertawa. Mari dengarkan lagu ini.

Dia bilang padaku bahwa dia sayang aku
Dia juga bilang bahwa dia cinta padaku
Tapi mengapa bila sayang kau tetap jalan dengan dirinya
Juga mengapa bila cinta kau tetap menjadi kekasihnya

Sudah sudahlah.. aku bukan layang-layang
Sudah sudahlah.. aku bukanlah mainan

Orang bilang cinta itu adalah sebuah pilihan
Tapi aku olehmu seolah bila dibuang sayang
Lalu mengapa bila sayang kau tetap jalan dengan dirinya
Juga mengapa bila cinta kau tetap menjadi kekasihnya

Sudah sudahlah.. aku bukan layang-layang
Sudah sudahlah.. aku bukanlah mainan

Nürnberg, 14 Oktober 2012

iscab.saptocondro